Sialangzone - Batu bata biasanya dibentuk dari tanah liat. Sebelum berbentuk sebuah batu bata, tanah liat haruslah menjalani serangkaian proses sehingga tanah liat biasa bisa dibentuk menjadi batu bata yang keras.
Namun berbeda di Karaba, sebuha desa kecil di barat daya Burkina Faso, batu bata digali dan dibentuk lansung dari lereng bukit. Bukit ini terbentuk dari laterit, yakni batuan berwarna merah yang kayak akan mineral besi dan aluminium.
laterit dipotong menjadi balok berbentuk batu bata dan digunakan sebagai bahan bangunan layaknya batu bata biasa. Di Angkor Wat di Kamboja, dan situs Asia Tenggara lainnya, kita bisa menemukan konstruksi bangunan situs peninggalan sejarah yang terbuat dari batuan laterit seperti ini.
Literit dapat dengan mudah dibentuk persegi menggunakan sekop saat kondisi batuan basah dan lembut. Ketika batu laterit kering, ia akan mengeras karena aur dalam batuan tersebut menguap dan menyisakan garam besi mengunci struktur batuan menjadi keras.
Diceritakan bahwa seni penggalian bahan laterit dibentuk menjadi batu bata pertama kali ditemukan di India. Memang, laterit pertama kali dideskripsikan dan dinamai oleh ahli geografi Skotlandia Francis Buchanan-Hamilton saat ia menemukan formasi laterit di India bagian selatan pada tahun 1807. Dia menamakannya laterite dari kata Latin, yang berarti batu bata.
Tambang batu bata laterit di Karaba telah beroperasi hampir 30 tahun. Dengan menggunakan alat sederhana, para pekerja mengukir bukit laterit menjadi batu bata padat, dan menjualnya ke desa-desa terdekat untuk dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
Gambar-gambar menakjubkan ini diambil oleh fotografer asal Amerika, David Pace, yang telah memotret di tambang Karaba setiap tahun sejak 2008.
"Saya terpukau oleh kualitas arsitektur ruang, warna mempesona dan pria luar biasa yang bekerja di sana. Tambang itu seperti karya seni bumi yang ajaib dan selalu berubah, "katanya.
"Para penggali tambang bekerja berdampingan dengan tim yang terdiri dari tiga sampai lima orang, namun masing-masing menjual batu bata sendiri dan mendapatkan keuntungan dari batu bata yang dibuatnya. Meskipun ini adalah pekerjaan yang sangat berat, pembuat batu bata bisa mendapatkan kehidupan yang layak dengan standar Burkina. "
“Hari ini tambang berbatasan dengan jalan tanah di setiap sisi. Suatu hari nanti, mungkin hanya dalam beberapa tahun saja, itu akan mencapai batasnya dan pekerjaan akan berhenti. Untuk saat ini, sulit untuk mengatakan dengan tepat seberapa besar tambang tersebut, dan itu berubah dari tahun ke tahun. Panjang keseluruhannya sekitar 150-200 meter, sementara area yang digali sekitar 75-100 meter, dan "dindingnya" tingginya bisa 10-15 meter. " (ap)
Namun berbeda di Karaba, sebuha desa kecil di barat daya Burkina Faso, batu bata digali dan dibentuk lansung dari lereng bukit. Bukit ini terbentuk dari laterit, yakni batuan berwarna merah yang kayak akan mineral besi dan aluminium.
laterit dipotong menjadi balok berbentuk batu bata dan digunakan sebagai bahan bangunan layaknya batu bata biasa. Di Angkor Wat di Kamboja, dan situs Asia Tenggara lainnya, kita bisa menemukan konstruksi bangunan situs peninggalan sejarah yang terbuat dari batuan laterit seperti ini.
Literit dapat dengan mudah dibentuk persegi menggunakan sekop saat kondisi batuan basah dan lembut. Ketika batu laterit kering, ia akan mengeras karena aur dalam batuan tersebut menguap dan menyisakan garam besi mengunci struktur batuan menjadi keras.
Diceritakan bahwa seni penggalian bahan laterit dibentuk menjadi batu bata pertama kali ditemukan di India. Memang, laterit pertama kali dideskripsikan dan dinamai oleh ahli geografi Skotlandia Francis Buchanan-Hamilton saat ia menemukan formasi laterit di India bagian selatan pada tahun 1807. Dia menamakannya laterite dari kata Latin, yang berarti batu bata.
Tambang batu bata laterit di Karaba telah beroperasi hampir 30 tahun. Dengan menggunakan alat sederhana, para pekerja mengukir bukit laterit menjadi batu bata padat, dan menjualnya ke desa-desa terdekat untuk dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
Gambar-gambar menakjubkan ini diambil oleh fotografer asal Amerika, David Pace, yang telah memotret di tambang Karaba setiap tahun sejak 2008.
"Saya terpukau oleh kualitas arsitektur ruang, warna mempesona dan pria luar biasa yang bekerja di sana. Tambang itu seperti karya seni bumi yang ajaib dan selalu berubah, "katanya.
"Para penggali tambang bekerja berdampingan dengan tim yang terdiri dari tiga sampai lima orang, namun masing-masing menjual batu bata sendiri dan mendapatkan keuntungan dari batu bata yang dibuatnya. Meskipun ini adalah pekerjaan yang sangat berat, pembuat batu bata bisa mendapatkan kehidupan yang layak dengan standar Burkina. "
“Hari ini tambang berbatasan dengan jalan tanah di setiap sisi. Suatu hari nanti, mungkin hanya dalam beberapa tahun saja, itu akan mencapai batasnya dan pekerjaan akan berhenti. Untuk saat ini, sulit untuk mengatakan dengan tepat seberapa besar tambang tersebut, dan itu berubah dari tahun ke tahun. Panjang keseluruhannya sekitar 150-200 meter, sementara area yang digali sekitar 75-100 meter, dan "dindingnya" tingginya bisa 10-15 meter. " (ap)