Manfaat Daun Katuk Untuk Kesehatan




Daun katuk (Sauropus androgynus), tanaman yang umum ditemukan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, kini semakin dikenal karena berbagai manfaatnya bagi kesehatan. Selain menjadi bahan makanan populer, daun katuk juga digunakan sebagai solusi alami untuk sejumlah masalah kesehatan.

Salah satu manfaat utama daun katuk adalah kemampuannya dalam meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui. Para ahli mengungkapkan, daun ini mengandung senyawa laktagogum, seperti sterol, yang merangsang produksi hormon prolaktin. Hal ini terbukti dari berbagai penelitian, termasuk dalam Journal of Human Lactation yang menyebutkan konsumsi daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI hingga 50 persen.


Daun Katuk: Halosehat.com

Tak hanya itu, daun katuk juga mengandung berbagai nutrisi penting seperti zat besi, vitamin C, beta-karoten, dan kalsium. Kandungan ini tidak hanya membantu mencegah anemia, tetapi juga memperkuat sistem imun tubuh dan menjaga kesehatan tulang.

Menurut hasil penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Food Science and Nutrition, daun katuk memiliki kadar antioksidan tinggi yang mampu melawan radikal bebas, sehingga berpotensi mengurangi risiko penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung.

Daun katuk juga dipercaya memiliki sifat antibakteri dan antivirus, membantu tubuh melawan infeksi. Selain itu, serat yang terkandung di dalamnya dapat melancarkan sistem pencernaan.

Namun, ahli kesehatan mengingatkan pentingnya mengonsumsi daun katuk dalam jumlah yang wajar. Kandungan papaverine dalam daun katuk mentah, jika dikonsumsi secara berlebihan, dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

Daun katuk biasanya disajikan dalam bentuk sayur bening, lalapan, atau diolah menjadi jus. "Selain rasanya yang enak, khasiatnya juga luar biasa. Ini pilihan yang sehat dan ekonomis," ujar seorang ibu rumah tangga yang rutin mengolah daun katuk.

Dengan manfaat yang beragam dan mudah didapatkan, daun katuk menjadi salah satu bahan alami andalan untuk menjaga kesehatan keluarga.

Sumber: Journal of Human Lactation, International Journal of Food Science and Nutrition, Kementerian Kesehatan RI.

LihatTutupKomentar